Bank Indonesia Pertimbangkan Penurunan Suku Bunga, Apa Dampaknya pada Ekonomi Indonesia?

Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, baru-baru ini mengindikasikan bahwa BI memiliki kemungkinan untuk menurunkan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate. Hal ini bisa terjadi jika gejolak nilai tukar dan ketidakpastian di pasar keuangan mereda. Namun, apa dampaknya pada pertumbuhan ekonomi Indonesia?

Menurut kalangan ekonom di Indonesia, penurunan suku bunga acuan BI bisa menjadi angin segar bagi perekonomian tanah air. Peluang ini diperkirakan akan muncul paling cepat pada kuartal kedua tahun 2024. Faktor kunci dalam pertimbangan ini adalah apakah bank sentral AS akan meningkatkan suku bunga Fed Fund Rate pada November mendatang dan tidak akan menaikkannya lagi di atas level 5,75%.

Kondisi ini diperkirakan akan memberikan kepastian kepada pelaku pasar keuangan, terutama investor global, untuk mengalirkan modalnya ke negara-negara berkembang seperti Indonesia. Dampaknya adalah penguatan nilai tukar rupiah, yang kemungkinan akan diikuti oleh meredanya harga minyak mentah dunia dan berakhirnya efek El-Nino.

Namun, apakah penurunan suku bunga tersebut akan langsung membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia melonjak ke level 6-7%, sesuai dengan perhitungan Kementerian PPN/Bappenas yang ingin menjadikan Indonesia negara maju sebelum tahun 2045?

Menurut beberapa ekonom, penurunan suku bunga bukanlah suatu jaminan bahwa pertumbuhan ekonomi akan langsung melonjak. Kebijakan moneter, seperti suku bunga, biasanya berfungsi sebagai sinyal pasar untuk memberikan kepercayaan kepada pelaku ekonomi agar mereka lebih berani melakukan ekspansi. Namun, efeknya tidak selalu langsung terasa di sektor riil.

Kepala Ekonom BCA, David Sumual, dilansir dari CNBC Indonesia, Jum’at, 22 September 2023, menjelaskan bahwa efek dari penurunan suku bunga acuan biasanya memerlukan waktu. Bahkan jika BI menurunkan suku bunga pada kuartal I tahun depan, dampaknya mungkin baru akan terasa pada akhir tahun 2024.

Ekonom senior Bank Mandiri, Faisal Rachman, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi 2024 masih memiliki potensi yang tinggi karena stabilitas ekonomi domestik tetap terjaga berkat kebijakan moneter dan fiskal. Faktor-faktor seperti inflasi yang terkendali, konsumsi pemerintah yang meningkat karena pemilu, investasi yang baik, dan ekspor yang membaik juga dapat menjadi pendorong pertumbuhan.

Ekonom Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menambahkan bahwa BI memiliki instrumen moneter lain, seperti kebijakan makroprudensial yang longgar dan digitalisasi sistem pembayaran, yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah kenaikan suku bunga global.

Sebagai hasilnya, walaupun penurunan suku bunga BI dapat memberikan dorongan positif, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya. Stabilitas ekonomi, kebijakan fiskal, dan faktor eksternal tetap memainkan peran penting dalam menggiring pertumbuhan ekonomi tanah air ke arah yang diinginkan.

 

cnbc indonesia

Komentar