Wajib Tahu! Kisah Sejarah Konflik Israel-Palestina

Perjalanan Panjang Dari Deklarasi Balfour Hingga Konflik Terkini

PALESTINA – Konflik Israel-Palestina adalah kisah yang berliku-liku, yang telah merengkuh sejarah selama lebih dari satu abad. Dari Deklarasi Balfour pada tahun 1917 hingga konflik terkini pada Oktober 2023, kita akan menjelajahi serpihan-seprihan sejarah ini yang membentuk peristiwa-peristiwa yang mendalam dan bergejolak.

Deklarasi Balfour (1917): Perjanjian Awal

Semua dimulai pada 2 November 1917 ketika Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour mengirimkan surat kepada tokoh komunitas Yahudi Inggris, Lionel Walter Rothschild. Surat ini berisi komitmen untuk mendirikan rumah nasional bagi orang Yahudi di Palestina.

Deklarasi Balfour ini menjadi pijakan bagi Inggris untuk mengambil kendali atas Palestina dan membentuk mandat pada tahun 1923, yang berlangsung hingga tahun 1948. Selama masa ini, Inggris memfasilitasi migrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina, yang semakin meningkat setelah munculnya gerakan Nazi di Eropa.

Namun, migrasi ini tidak diterima dengan tangan terbuka oleh warga Palestina, yang merasa cemas akan perubahan demografi dan pengambilan tanah oleh Inggris untuk pemukiman Yahudi.

Pemberontakan Arab (1936-1939): Puncak Ketegangan

Tegangan mencapai puncaknya dengan Pemberontakan Arab pada tahun 1936-1939. Warga Palestina melakukan pemogokan umum sebagai protes terhadap kolonialisme Inggris dan kedatangan massal imigran Yahudi.

Inggris merespons dengan tindakan keras, termasuk penangkapan massal dan penghancuran rumah, praktik yang masih berlangsung hingga sekarang di Israel.

Pemberontakan ini terbagi menjadi tiga fase, dan ribuan orang Palestina menjadi korban. Lebih dari 5.000 orang Palestina tewas, dan puluhan ribu lainnya terluka atau dipenjara selama tiga tahun konflik ini berlangsung.

PBB dan Resolusi 181 (1947): Tawaran Pembagian

Kepopuleran komunitas Yahudi terus berkembang, meskipun mereka hanya memiliki 6% dari lahan di Palestina pada tahun 1947. Inilah yang mendorong PBB untuk mengusulkan Resolusi 181, yang mengusulkan pembagian wilayah Palestina menjadi negara Arab dan Yahudi.

Namun, rencana ini ditolak oleh Palestina, yang melihatnya sebagai pengorbanan yang besar. Resolusi ini akan memberikan 56% wilayah Palestina kepada Yahudi, termasuk sebagian besar wilayah pesisir yang subur. Pada saat itu, populasi Yahudi hanya mencakup 6% wilayah Palestina yang memiliki 67% populasi.

Pembentukan Israel (1948) dan Perang Arab-Israel Pertama

Pada 15 Mei 1948, Israel secara resmi didirikan, dan segera setelah itu, perang Arab-Israel pertama dimulai. Perang ini berakhir pada Januari 1949 dengan gencatan senjata antara Israel dan Mesir, Lebanon, Yordania, dan Suriah.

Setelah pembentukan Israel, sekitar 150 ribu warga Palestina tetap tinggal di sana, hidup di bawah pendudukan militer yang ketat selama dua dekade sebelum akhirnya mendapatkan status warga Israel.

Penaklukan Wilayah oleh Israel (1967): Perang Enam Hari

Pada 5 Juni 1967, selama Perang Enam Hari melawan koalisi tentara Arab, Israel berhasil merebut wilayah Palestina yang tersisa. Dari Jalur Gaza hingga Tepi Barat, dan termasuk Yerusalem Timur, Dataran Tinggi Golan Suriah, dan Semenanjung Sinai Mesir, semuanya jatuh ke tangan Israel.

Intifada dan Perjanjian Oslo (1987-1993): Perjuangan Terus Berlanjut

Perlawanan pertama, atau Intifada, dimulai di Jalur Gaza pada Desember 1987 setelah empat warga Palestina tewas dalam tabrakan dengan truk Israel. Protes meluas ke Tepi Barat, di mana pemuda Palestina mulai melawan tank dan tentara Israel. Gerakan Hamas pun mulai muncul sebagai kelompok perlawanan bersenjata terhadap Israel.

Perjuangan berlanjut hingga Perjanjian Oslo pada tahun 1993, yang membentuk Otoritas Palestina dan pemerintah sementara di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Perlawanan Kedua (2000-2005) dan Serangan Israel

Perlawanan kedua Palestina dimulai pada 28 September 2000 setelah kunjungan provokatif Ariel Sharon ke kompleks Masjid Al Aqsa. Bentrokan memuncak, yang menewaskan lima warga Palestina dan melukai 200 orang dalam dua hari.

Sejak saat itu, Israel telah meluncurkan serangkaian serangan militer di Gaza pada tahun 2008, 2012, 2014, dan 2021. Serangan ini telah mengakibatkan banyak korban, termasuk anak-anak, serta penghancuran ribuan rumah, sekolah, dan gedung perkantoran.[]

Komentar