Dari Inong Balee ke Laksamana Nasional: Kisah Inspiratif Laksamana Malahayati

Aceh Besar – Laksamana Malahayati, yang juga dikenal dengan nama Keumalahayati, telah menjadi ikon pemberani dalam sejarah perjuangan Aceh melawan penjajah Belanda dan Portugis pada awal abad ke-16. Kisah inspiratifnya dimulai dari masa kanak-kanak dan remaja, di mana ia mendapatkan pendidikan istana berkat hubungannya dengan Sultan Aceh.

Lahir pada tahun 1550, Malahayati tumbuh dalam lingkungan keluarga yang memiliki ikatan kuat dengan panglima angkatan laut kesultanan. Ayah dan kakeknya merupakan tokoh penting dalam pertahanan Aceh. Semangat kelautan Malahayati tumbuh dari pengalaman keluarganya ini, mendorongnya untuk mengejar pendidikan militer jurusan angkatan laut di Akademi Baitul Maqdis.

Kesemangatan Malahayati dalam memperkuat pertahanan Aceh mendorongnya untuk menjadi panglima dan diplomat dalam menghadapi ancaman penjajah saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Puncak keberaniannya terlihat saat ia memimpin 2 ribu pasukan Inong Balee atau janda-janda pahlawan yang telah gugur, dalam pertempuran melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda pada 11 September 1599. Pasukan Inong Balee bahkan membangun benteng laut setinggi 100 meter untuk menghadapi serangan penjajah.

Salah satu momen paling mengesankan dalam perjalanan hidupnya adalah duel satu lawan satu melawan Cornelis de Houtman, seorang tokoh Belanda. Dalam pertempuran itu, Malahayati berhasil membunuh de Houtman, yang kemudian mengantarkannya pada gelar Laksamana atas keberaniannya.

Namun, perjuangan Malahayati tidak hanya dalam pertempuran fisik. Ia juga memiliki bakat diplomatik yang luar biasa. Ia memimpin pangkalan militer di Teluk Lamreh Krueng Jaya dan memainkan peran penting dalam membangun strategi pertahanan Aceh.

Namun, takdir tragis menghampirinya. Perjuangan Laksamana Malahayati berakhir pada tahun 1606 ketika ia gugur dalam pertempuran melawan pasukan Portugis di Perairan Selat Melaka. Namun, warisannya tetap hidup. Pada 9 November 2017, Presiden Joko Widodo menobatkannya sebagai Pahlawan Nasional, mengakui kontribusinya dalam memperkuat semangat perlawanan dan keberanian bangsa Indonesia.

Dengan penghargaan ini, Malahayati bukan hanya menjadi pahlawan bagi Aceh, tetapi juga bagi seluruh Indonesia. Kisah inspiratifnya mengajarkan kita akan keberanian, dedikasi, dan peran penting perempuan dalam sejarah perjuangan bangsa. Dari Inong Balee hingga menjadi Laksamana Nasional, kisah hidup Malahayati menginspirasi generasi sekarang untuk menghormati warisan budaya dan sejarah kita.

 

Sumber : TEMPO

Komentar