Bullying : Dukungan Keluarga bagi Anak Korban Perundungan

Bagi sebagian orang gurauan bisa berupa perkataan dan perbuatan, namun bagi Sebagian orang lagi malah akan menjadi penderitaan bagi Kesehatan mental seseorang.
Perundungan (bullying) merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi kita dengar, bullying sering terjadi di lingkungan sekolah, terutama SMP dan SMA, yang di mana pada masa inilah seorang anak mulai berinteraksi dengan teman sebaya maupun yang lebih tua.
Bentuk perilaku bullying bisa berupa mengejek, menyebarkan gosip, menghasut, mengucilkan, mengintimidasi, menindas, memalak, hingga menyerang secara fisik. Perilaku bullying juga didefinisikan sebagai serangan emosional, verbal, fisik yang terjadi berulang kali terhadap orang lain atau sekelompok orang yang rentan dan tidak dapat membela diri (Goldbaum,2003)
Bullying tidak hanya berdampak kepada korban tetapi juga kepada pelaku dan orang yang menyaksikannya. Pelaku akan berusaha menyakiti orang lain, merasa bahwa dirinyalah yang terkuat, menjadi semakin agresif dan menjadi seorang yang manipulatif. Dampak bullying terhadap korban adalah masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan gangguan stress pascatrauma (PTSD). Korban menjadi enggan datang ke sekolah karena takut bertemu temannya dan akan menghambat proses pembelajaarannya di sekolah.
Apa aja sih jenis-jenis bullying itu ?
Ada empat jenis bullying, yang pertama adalah bullying fisik, kedua adalah bullying verbal, ketiga adalah bullying sosial dan keempat adalah cyberbullying. Perbuatan yang kerap dianggap remeh, namun sangat berdampak besar bagi kesehatan mental seseorang.
1. Bullying Fisik

Bullying secara fisik biasanya berbekas di tubuh, seperti memar. Bullying yang dilakukan secara fisik adalah memukul, menendang, mencubit, menjegal, atau mendorong seseorang.

2. Bullying Verbal

Bullying juga bisa terjadi melalui ucapan, seperti menghina, mengejek, dan mengolok orang lain. Meskipun tidak berbekas secara fisik, bullying secara lisan ini merupakan pelecehan yang ditargetkan (targeted harassment) pada akhirnya berujung pada tindakan kekerasan fisik.

3. Bullying Social

Bullying yang dilakukan secara sosial biasanya sulit untuk dideteksi. Maka dari itu, jenis bullying ini dikenal sebagai penindasan terselubung (covert bullying). Tujuannya adalah untuk merusak reputasi seseorang dalam lingkungan sosial. Adapun contoh-contoh bullying secara sosial adalah :

• Menyebarkan kebohongan atau gosip tentang seseorang.
• Melontarkan lelucon untuk mempermalukan dan menghina orang lain.
• Mendorong orang lain di sekitar untuk mengucilkan seseorang.
• Tatapan sinis yang ditujukan untuk mengintimidasi secara halus

4. Cyberbullying

Cyberbullying adalah bentuk penindasan yang ditujukan kepada seseorang melalui teknologi digital. Biasanya, cyberbullying terjadi di media sosial, game online, dan platform lainnya yang menyediakan akses dialog antar penggunanya. Cyberbullying tidak dilakukan dengan tatap muka, melainkan secara virtual atau online. Adapun contoh dari cyberbullying adalah :

• Mengirimkan teks, email, gambar, atau video yang isinya mengejek, mengancam, bernada kasar, berbau seksual, dan agresif.
• Mengucilkan seseorang dalam lingkup pertemanan online dengan sengaja.
• Menyebarkan kebohongan atau aib tentang seseorang di media sosial.
• Meniru orang lain dengan menggunakan foto dan informasi pribadi mereka.
• Mengunggah klip pribadi tanpa consent dengan tujuan mempermalukan seseorang, seperti revenge porn.
Peran orang tua pada kasus bullying sangat penting, sebagai lingkaran terdekat, orang tua diharapkan dapat menyemangati anak Ketika sedang terpuruk. Bullying mengakibatkan anak menjadi tidak percaya diri, kesulitan bergaul, tidak ingin ke sekolah, atau bahkan tidak keluar rumah dan trauma yang berkepanjangan seperti PTSD.
Diharapkan juga kepada orang tua agar lebih memperhatikan anaknya dan lebih peka terhadap perubahan sikap atau perilaku pada anak.
Hal yang dapat dilakukan para orang tua seperti lebih sering bertanya kepada anak mengenai apa saja yang telah dilakukannya, memberikan perhatian lebih kepada anak, berusaha untuk meluangkan waktu untuk bercerita dan mendengarkan cerita anak, sehinnga anak dapat melewati fase-fase sulit dalam hidupnya dan membantu mengurangi tingkat kecemasannya.

Naufal Hakim
Mahasiswa Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Referensi :
Psi, S. (2021). Peran Orang Tua Dalam Pendampingan Anak Yang Mengalami Post Traumatic Stress Disorder Akibat Bullying. Psikologi Parenting, 101.

Rahmat, P. P., & Supriatna, U. Y. (2020). Dukungan Keluarga dengan Kecemasan pada Siswa SMP Korban Perundungan. Prosiding Psikologi, 6(2), 852-859.

Rizal, R. S. (2021). Bentuk Dan Faktor Perundungan Pada Siswa SMP. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 9(1), 129-136.

Susanti, I. G., & Wulanyani, N. M. S. (2019). Pengaruh dukungan sosial teman sebaya dan kontrol diri terhadap perundungan (bullying) pada remaja awal di Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana, 6(1), 182-192.

Goldbaum, S., Craig, W. M., Pepler, D., & Connolly, J. (2003). Developmental trajectories of victimization: Identifying risk and protective factors. Journal of Applied School Psychology, 19(2), 139-156.

 

Komentar