Presiden Jokowi dan PM Norwegia Bahas Lingkungan, Investasi, dan Gaza di WCAS COP28

DUBAI – Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, melakukan pertemuan bilateral yang signifikan dengan Perdana Menteri Norwegia, Jonas Gahr Støre, di sela-sela kegiatan World Climate Action Summit (WCAS) COP28 di Ruang Bilateral, Expo City Dubai, Uni Emirat Arab. Pertemuan ini menjadi platform penting untuk membahas sejumlah isu, termasuk kerja sama lingkungan hidup, investasi, dan situasi di Gaza.

Pertemuan dimulai dengan Presiden Jokowi memaparkan pencapaian Indonesia dalam menurunkan emisi melalui langkah-langkah konkret, terutama pengendalian deforestasi dan degradasi hutan. Prestasi ini telah diakui secara global, namun, Presiden menyoroti bahwa masih ada sejumlah komitmen result-based payment yang belum dipenuhi oleh pihak-pihak terkait.

“Saya senang melaporkan bahwa Indonesia berhasil menurunkan emisi dengan mengendalikan deforestasi dan degradasi hutan. Namun, masih ada komitmen yang harus diwujudkan dalam bentuk result-based payment,” ujar Presiden Jokowi.

Dalam konteks ini, Presiden menyampaikan keprihatinan terhadap keraguan beberapa pihak di Eropa terhadap komitmen Indonesia dalam pelestarian hutan dan lingkungan hidup. Ia berharap Norwegia, mitra strategis Indonesia dalam isu lingkungan, dapat memberikan pandangan yang berimbang terkait Peraturan Deforestasi Uni Eropa yang dianggapnya bersifat diskriminatif dan berdampak besar terhadap sekitar 16 juta orang, sebagian besar di antaranya adalah petani kecil di Indonesia.

“Saya berharap Norwegia dapat memberikan pandangan yang berimbang, khususnya terkait Peraturan Deforestasi Uni Eropa yang bersifat diskriminatif dan berdampak besar terhadap 16 juta orang yang sebagian besar adalah petani kecil,” ungkap Presiden Jokowi.

Pertemuan ini juga menjadi kesempatan bagi Presiden Jokowi untuk membahas kerja sama investasi antara kedua negara. Presiden mengungkapkan harapannya terkait realisasi komitmen Joint Economic and Trade Promotion (JETP) oleh Norwegia serta peningkatan investasi dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara sebagai kota pintar berbasis hutan.

“Norwegia telah berhasil mengembangkan Oslo, dan pengalaman mereka akan sangat berharga bagi perkembangan Ibu Kota Nusantara,” tambah Presiden Jokowi.

Pertemuan ini turut dihadiri oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury.

Presiden Jokowi memanfaatkan forum ini untuk menyoroti pencapaian Indonesia dalam upaya menurunkan emisi, terutama melalui pengendalian deforestasi dan degradasi hutan. Langkah-langkah nyata yang diambil oleh Indonesia telah mendapatkan pengakuan global. Meski begitu, tantangan masih terkait dengan keterlambatan result-based payment yang seharusnya diterima atas upaya penurunan emisi tersebut.

“Saya senang melaporkan bahwa Indonesia berhasil menurunkan emisi dengan mengendalikan deforestasi dan degradasi hutan. Namun, masih ada komitmen yang harus diwujudkan dalam bentuk result-based payment,” ujar Presiden Jokowi.

Presiden juga menyampaikan keprihatinan terhadap keraguan yang muncul di beberapa pihak di Eropa terkait komitmen Indonesia dalam pelestarian hutan dan lingkungan hidup. Beliau mengajak Norwegia untuk memberikan pandangan yang berimbang, khususnya terkait Peraturan Deforestasi Uni Eropa yang dianggapnya memiliki dampak besar dan bersifat diskriminatif terhadap petani kecil di Indonesia.

“Saya berharap Norwegia dapat memberikan pandangan yang berimbang, khususnya terkait Peraturan Deforestasi Uni Eropa yang bersifat diskriminatif dan berdampak besar terhadap 16 juta orang yang sebagian besar adalah petani kecil,” ungkap Presiden Jokowi.

Selain isu lingkungan, pertemuan ini juga menyoroti kerja sama investasi antara Indonesia dan Norwegia. Presiden Jokowi menyampaikan harapannya terkait realisasi komitmen Joint Economic and Trade Promotion (JETP) oleh pihak Norwegia.

“Norwegia telah berhasil mengembangkan Oslo, dan pengalaman mereka akan sangat berharga bagi perkembangan Ibu Kota Nusantara,” tambah Presiden Jokowi.

Presiden optimis bahwa investasi Norwegia akan berkontribusi pada pembangunan Ibu Kota Nusantara sebagai kota pintar berbasis hutan. Peningkatan investasi ini diharapkan mampu mendukung pembangunan berkelanjutan dan memanfaatkan keahlian Norwegia dalam mengembangkan kota-kota yang ramah lingkungan.

Pertemuan kedua pemimpin ini juga mengarah pada situasi di Gaza. Presiden Jokowi menyatakan harapannya bahwa Norwegia, sebagai fasilitator Perjanjian Oslo, dapat kembali berkontribusi dalam mencari solusi perdamaian di Gaza.

“Saya sangat berharap Norwegia, sebagai fasilitator Perjanjian Oslo, dapat kembali berkontribusi dalam mencari solusi untuk segera dimulainya proses perdamaian berdasarkan solusi dua negara,” ucap Presiden.

Harapan tersebut menegaskan peran penting Norwegia dalam upaya mencari solusi konflik di Timur Tengah, khususnya di Gaza. Presiden Jokowi berharap bahwa dukungan Norwegia dapat membantu memulai kembali proses perdamaian dan mencapai stabilitas di kawasan tersebut.**

Editor: Syaiful

Komentar