SPBU Dilarang Jual Pertalite ke Pengecer, Antrean Solar Teratasi

BANDA ACEH – Ketua DPC Hiswana Migas Aceh, Nahrawi Noerdin mengatakan, sejak 1 April 2022 Menteri ESDM menetapkan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite sebagai BBM penugasan khusus.

Hal itu berdampak pada meningkatnya permintaan Pertamax di SSPBU.

Kenaikan permintaan Pertamax itu karena SPBU dilarang melayani pembelian Pertalite menggunakan jeriken.

Setelah pemerintah menaikkan harga Pertamax dari Rp 9.000 menjadi Rp 12.500/liter, ia menduga permintaan Pertamax akan turun.

Tapi faktanya, tidak.

Malah permintaan meningkat dari 4-5 ton/hari menjadi 7-8 ton.

“Meningkatnya harga penjualan Pertamax setelah Menteri ESDM melarang SPBU melayani pembelian Pertalite menggunakan jeriken.

Kini para pengecer beralih ke Pertamax.

Tidak lagi menjual Pertalite,” tandas Awi–sapaan akrab Nahrawi Noerdin.

Hal senada juga diungkapkan Rahmat, operator SPBU Luengbata, Kota Banda Aceh, Dikatakan, setelah Pertamina melarang SPBU melayani pembelian Pertalite menggunkan jeriken, angka penjualan Pertamax di SPBU meningkat.

“Kini para pengecer beralih membeli Pertamax menggunakan jeriken,” terangnya sambil menambahkan bahwa pembeli Pertamax terbanyak di SPBU adalah para pengecer pinggir jalan.

Erwan, pengawas SPBU Luengbata mengatakan, setelah lima hari naiknya harga Pertamax, permintaan bahan bakar ini malah meningkat.

Hal itu disebabkan adanya larangan penjualan Pertalite secara jeriken, sehingga para pengecer mau tak mau harus beralih ke Pertamax.

Dikatakan, sekarang omzet penjualan Pertamax di SPBU Luengbata rata-rata 2.900-3.000 liter/hari.

“Sementara Pertalite 8.000 liter/hari, serta Solar 13.000-14.000 liter/hari,” tandasnya.

Sementara itu, antrean panjang kendaraan bermesin diesel di sejumlah SPBU di Banda Aceh dan Aceh besar mulai teratasi, setelah Pertamina menambah suplai solar menjadi 16 kiloliter (KL) sehari ke SPBU.

Kalangan pengusaha berharap kondisi itu bisa terus berlanjut, sehingga kebutuhan solar di Banda Aceh dan Aceh Besar terpenuhi.

Pengawas SPBU Luengbata, Erwan mengatakan, ada empat SPBU yang menjadi tumpuan kendaraan diesel.

“Kalau keempat SPBU ini, setiap hari mendapat suplai solar subsidi sebanyak 16 KL, maka tidak akan terjadi antrean kendaraan,” terangnya.

“Kami berharap kebijakan ini bisa berlanjut selamanya.

Karena jika disuplai kurang dari 16 KL, langsung terjadi kelangkaan solar di SPBU, dampaknya terjadi antrean panjang,” pungkas Erwan.

Sumber : Serambinews

Komentar