Di Pidie Jaya, Burung Hantu, Pahlawan Tanaman Padi dari Serangan Tikus

PIDIE JAYA – Kabar baik datang dari Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, di mana serangan tikus yang meresahkan petani selama tiga tahun terakhir melaporkan penurunan yang signifikan. Keberhasilan ini diatribusikan kepada meningkatnya populasi burung hantu, yang ditemukan memberikan kontribusi positif terhadap kontrol hama alami di daerah tersebut.

Dalam konferensi pers, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Pidie Jaya, drh Muzakkir MP, menyampaikan bahwa kehadiran burung hantu telah membawa manfaat luar biasa bagi petani setempat. “Kami mendorong masyarakat agar melindungi burung hantu. Jika ditemukan, jangan memburu atau menembaknya,” ujar Muzakkir. Senin, 20 November 2023.

Menurut penjelasannya, peningkatan populasi burung hantu di daerah ini berkaitan erat dengan ketersediaan makanan yang cukup sepanjang waktu. Awalnya, hanya beberapa pasang burung hantu hasil penangkaran dari Demak, Jawa Tengah, dibawa pulang oleh dua Ketua Kelompok Tani pada awal tahun 2016. Pemkab Pidie Jaya kemudian meminta petani setempat untuk melakukan pemeliharaan.

Empat kelompok tani (Poktan) di tiga kecamatan di Pidie Jaya (Meureudu, Meurahdua, dan Ulim) secara aktif terlibat dalam pemeliharaan burung hantu. Pemeliharaan ini diinisiasi untuk menanggulangi serangan tikus pada tanaman padi yang pada saat itu semakin mengganas.

Memasuki tahun keempat pemeliharaan, Kadistanpang menyatakan bahwa populasi burung hantu terus meningkat. Fakta ini tercermin dari penurunan drastis tingkat serangan tikus pada pertanaman padi dalam tiga tahun terakhir.

Petani di Meurahdua dan Ulim membenarkan bahwa serangan tikus pada tanaman padi telah menurun seiring dengan peningkatan populasi burung hantu. Puluhan unit rumah burung hantu (Rubuha) kini tersebar di persawahan, menjadi tempat tinggal bagi burung hantu yang memangsa tikus antara 7-9 ekor dalam semalam.

Para petani meminta kepada masyarakat agar tidak memburu atau menembak burung hantu jika ditemukan di sawah atau di pepohonan, termasuk di Rubuha yang tersebar di sekitar persawahan. Hasil pemeliharaan burung hantu terbukti efektif, dan serangan tikus yang sebelumnya menjadi ancaman serius bagi hasil panen, kini menurun secara signifikan.

Pada masa sebelumnya, petani terpaksa menggunakan metode-metode ekstrem, seperti memasang arus listrik di sawah untuk menjerat tikus. Namun, penggunaan arus listrik ini tidak hanya merugikan ternak sapi tetapi juga menimbulkan kecelakaan fatal bagi beberapa warga yang tidak sengaja terinjak wayer berarus listrik yang lupa dimatikan.

Meskipun petugas PLN telah memberikan larangan terhadap penggunaan arus listrik di sawah, beberapa petani awalnya tidak mengindahkannya. Namun, setelah menyadari risiko yang ditimbulkan, petani kini lebih memahami bahwa penggunaan arus listrik bukanlah solusi yang aman.

Pentingnya peran burung hantu dalam pengendalian populasi tikus menyebabkan banyaknya rubuha yang dipasang di sejumlah lokasi di tiga kecamatan Pidie Jaya. Tahun 2019 lalu, beberapa gampong di daerah tersebut mengalokasikan dana untuk membangun rubuha, menunjukkan kesadaran masyarakat akan manfaat burung hantu dalam pertanian.

M. Yahya, Pengelola Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Meureudu, menyebutkan bahwa hasil panen padi musim tanam gadu (MTG) 2023 di Pidie Jaya menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hasil panen mencapai rata-rata 7-8 ton per hektare, sebuah pencapaian luar biasa yang tidak hanya disebabkan oleh menurunnya serangan tikus tetapi juga oleh tingkat rendahnya serangan hama penyakit.

“Alhamdulillah, hasil panen kali ini tergolong lumayan dan harga gabah pun bagus (Rp 6.500-Rp 6.600/kg),” ucap Yahya dengan senyum.**

Editor: Syaiful

Komentar