17 Sangar Seni Meriahkan Pentas Seni Budaya Seribu Bukit

BANDA ACEH – Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh (Disbudpar) Aceh akan menggelar pentas seni bertajuk Gelar Budaya Negeri Seribu Bukit Tari Saman Antar Mahasiswa yang akan dimeriahkan 17 Sanggar Seni di Aceh. Acara tersebut digelar pada 12 Oktober 2022 di Taman Budaya, Banda Aceh dari Pukul 14.00 s/d 22.30 WIB.

Kadisbudpar Aceh, Almuniza Kamal mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan guna untuk melestarikan kebudayaan Aceh, sekaligus memperingati rangkaian HUT Tari Saman. “Ini merupakan satu dari sekian banyak program pemerintah Aceh melalui Disbudpar Aceh dalam rangka menjaga, mempromosikan dan mengembangkan kesenian khususnya tari saman untuk terus tetap eksis dan terjaga,” ucapnya.

Adapun 17 Seni yang memeriahkan acara tersebut yakni Sanggar seni Gayo Musara, Sanggar Tumung Gagang, Hipemagas, Himagalus, Organisasi Gayo Musara Aceh Tenggara, Himperagas, Sanggar Kemili Gading, IPPMKG-SU, Sanggar Linge, Gelingang Raya, Rialdoni dan EL-Bono.

“Acara tersebut juga turut diikuti oleh Mahasiswa yang berada di beberapa wilayah seperti Banda Aceh, Langsa Lhokseumawe, Aceh Tenggara, Gayo Lues dan Medan,” sebutnya.

Dalam pertunjukan seni ini, kata Almuniza, juga turut menampilkan beberapa tarian tradisional khas Aceh yaitu Tari Saman, Tari Dabus, Tari Bines. Didong Alo, Pongot. Kolaborasi Saman dan dabus, Musik Garapan,Sendratari dan  Musik Puisi.

Adapun tujuan festival ini digelar, lanjut Almuniza, agar generasi muda dapat mencintai dan melestarikan budaya lokal, dengan harapan dapat menumbuhkan minat generasi milenial untuk mengikuti dan andil berpartisipasi dengan mengikuti sanggar seni yang akan digelar kedepannya.

“Semoga generasi milenial dapat mencintai dan bangga dengan tarian saman sebagai bagian dari peradaban dan kejayaan Aceh, ” ujarnya. 

Sementara itu, Kepala Bidang Bahasa dan Seni, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Nurlaila Hamjah, S.Sos, MM menambahkan, pentas seni ini digelar untuk memperkenalkan Tari Saman ke seluruh mancanegara dengan harapan membangun kembali kejayaan kesenian Tari Saman dengan meningkatkan kekuatan internal dan mengekspos ke kancah Internasional.

Dia menjelaskan, dulunya Tari Saman dipakai sebagai sarana syiar untuk menyebarkan agama Islam di tanah Serambi Mekkah. Tarian ini identik dengan kekompakan, irama, dan gerak serentak yang dinamis dari para penarinya, seraya melantunkan syair berisi pujian kepada Allah SWT. Seiring berjalannya waktu, tarian dari Gayo ini ternyata tetap dilirik sampai saat ini, dan masih menjadi tarian yang sangat eksis dan unik dengan gerakan tepuk tangan dan tepuk dada yang diperagakan oleh penari.

“Untuk itu pemerintah berperan penting untuk terus melestarikan Tari Saman dalam berbagai upaya mempertahankan Saman sebagai bagian tradisi suku Gayo agar Tarian ini tidak hilang dari bumi Gayo Lues,” tuturnya.

Selain itu, kata Nurlaila, melalui beragam seni dan budaya yang selama ini ada di Aceh, salah satunya Tari Saman telah membuat daerah Serambi Makkah ini dikenal di mata dunia. Hal tersebut dibuktikan dengan ditetapkannya Tari Saman sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO pada tanggal 24 November 2011.

“Ini menjadi kesempatan untuk memperkenalkan Tari Saman kembali ke seluruh mancanegara sebagai seni tari yang berasal dari Aceh dan dapat menjadi benteng pertahanan eksistensi dari kehilangan tradisi kesenianan Aceh. “ ujarnya. 

Untuk menjaga eksistensi itu, kata Nurlaila, diperlukan peran media sebagai penghubung dengan masyarakat atau dunia luar, agar setiap pergelaran seni dapat diseminasi secara luas, sehingga dapat memberikan dampak positif meningkatkan kunjungan wisata yang dapat memajukan kualitas hidup masyarakat setempat.

“Tanpa media, kita akan sulit mengetahui apa yang terjadi di sekeliling kita. Maka dari itu, peran media juga sangat membantu mengekspos ke kancah nasional maupun Internasional tentang nilai  yang terkandung sebagai penunjang eksistensi kebudayaan Saman, dengan demikian dapat membangun kembali kejayaan kesenian Tari Saman ini, “ pungkas Nurlaila.

Komentar