Mengenal Pulau Rubiah Sabang sebagai Pusat Karantina Haji Pertama di Indonesia, Kondisinya Kini Memprihatinkan

Sabang – Pulau Rubiah di Kota Sabang menjadi salah satu tempat bersejarah bagi umat muslim khususnya karena menjadi pusat karantina jemaah haji pertama di Indonesia.

Setiap calon jemaah haji yang akan berangkat harus terlebih dahulu menjalani karantina selama satu bulan di pulau tersebut.

Pulau Rubiah adalah salah satu tempat karantina haji pertama di Indonesia. Kini tempat karantina tersebut hanya menjadi saksi sejarah, bangunan tua yang begitu mewah pada masanya kini terbengkalai tanpa ada perhatian.

Ketika berkunjung ke Kota Sabang yang merupakan kota sejuta keindahan bahari dan juga kaya akan sejerah, pusat karantina haji menjadi salah satu destinasi wisata yang patut dikunjungi.

Gedung ini terletak di tengah pulau Rubiah, Sabang. Lokasinya tidak jauh dari dermaga pulau Rubiah yang merupakan surga snorkeling bagi wisatawan.

Sebelum adanya vaksin seperti saat ini, orang yang akan berangkat dan pulang dari luar negeri dianggap membawa penyakit. Sehingga, setiap jemaah wajib dikarantina dengan tujuan terbebas dari wabah penyakit.

Tim penulis sempat berkunjung ke lokasi pusat karantina jemaah haji pada Selasa (5/3/2024). Akses dari dermaga menuju ke lokasi bangunan bersejarah tersebut menggunakan jalan setapak dengan jarak kurang lebih 100 meter.

Dari awal perjalanan sebelum sampai ke titik lokasi, jalan setapak juga sudah memprihatinkan karena terlihat seperti kurang terawat.

Sebelum sampai ke bangunan tua bersejarah tersebut, terdapat prasasti dengan tulisan yang menceritakan sejarah singkat bangunan tua tersebut.

“Karantina haji merupakan bangunan asrama haji di zaman kolonial yang terletak dipulau Rubiah, Sabang, Aceh. Pada tahun 1920 pulau Rubiah ini dijadikan sebagai tempat karantina bagi jamaah haji yang baru pulang dari Mekkah. Karantina haji pulau Rubiah adalah objek bersejarah dalam riwayat perjalanan Haji Indonesia dan tempat ini merupakan pusat Karantina Haji pertama di Indonesia,” demikian dikutip dari prasasti tersebut.

Prasasti tersebut terletak dekat dengan gedung karantina jemaah haji, di mana bangunannya masih terlihat bagus dan kokoh. Sayangnya, bagian atap sudah mulai bocor dan ditumbuhi ilalang. Selain itu, kondisi di sekitar bangunan juga sangat memprihatinkan.

Semestinya sebagai bangunan bersejarah, gedung tersebut tidak dibiarkan terbengkalai bagitu saja dan perlu dirawat, bahkan bisa dikelola menjadi salah satu destinasi wisata bersejarah.

Jika tidak dikelola dengan baik, bisa jadi generasi alpha khususnya masyarakat Aceh tidak akan mengetahui bahwa di daerahnya ada pusat karantina jamaah haji pertama di Tanah Air. (Mc03)

Komentar