Konflik Timur Tengah Masih Jadi Katalis Penguatan Harga Minyak

Jakarta – Harga minyak kompak bergerak lebih tinggi pada awal perdagangan pagi hari ini, berusaha melanjutkan kenaikan enam hari beruntun pada perdagangan sebelumnya karena belum meredanya ketegangan konflik di Timur Tengah.

Pada pembukaan perdagangan hari ini Selasa (13/2/2024), harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,14% di posisi US$77,03 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka lebih tinggi atau menguat 0,02% di posisi US$82,02.

Pada perdagangan Senin (12/2/2024), harga minyak mentah WTI ditutup naik tipis 0,10% di posisi US$76,92 per barel, sementara harga minyak mentah brent turun 0,23% ke posisi US$82 per barel.

Harga minyak berjangka ditutup tak kompak pada perdagangan Senin karena kekhawatiran mengenai suku bunga dan permintaan global menyebabkan pasar mengambil jeda setelah harga melonjak sekitar 6% pada minggu lalu di tengah kekhawatiran ketegangan di Timur Tengah yang dapat menyebabkan masalah pasokan.

Penutupan perdagangan minyak mentah WTI menjadi penutupan tertinggi sejak 30 Januari 2024 dan menjadikan minyak mentah WIT kenaikan hari keenam berturut-turut untuk pertama kalinya sejak September 2023.

The Fed New York mengatakan Survei Ekspektasi Konsumen pada bulan Januari menunjukkan prospek inflasi satu tahun dan lima tahun dari sekarang tidak berubah, dengan keduanya tetap berada di atas tingkat target The Fed sebesar 2%.

Jika kekhawatiran inflasi menunda penurunan suku bunga The Fed, hal ini dapat mengurangi permintaan minyak dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Data inflasi AS diperkirakan akan dirilis pada hari Selasa waktu AS, sementara data inflasi Inggris dan Produk Domestik Bruto (PDB) zona euro akan dirilis pada hari Rabu waktu Inggris.

Badan Energi Internasional (IEA), yang mewakili negara-negara industri, memperkirakan permintaan minyak akan mencapai puncaknya pada tahun 2030, sehingga melemahkan alasan investasi. Sementara pihak lain di pasar tidak setuju.

CEO Total Energies Perancis, Patrick Pouyanne mengatakan dia tidak melihat puncak permintaan minyak dalam angka tersebut, dan menambahkan “kita harus keluar dari perdebatan mengenai puncak permintaan minyak, serius, dan berinvestasi.”

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yakin penggunaan minyak akan terus meningkat selama dua dekade mendatang.

Masih banyak hal yang dapat mendorong harga minyak.

Kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman telah menargetkan pengiriman dengan drone dan rudal sejak November sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza. AS telah memimpin serangan balasan terhadap situs rudal Houthi sejak Januari.

Sementara di Gaza, Israel membebaskan dua sandera yang ditahan oleh Hamas yang didukung Iran di Rafah dalam operasi penyelamatan ganas yang menewaskan 74 warga Palestina di kota Gaza selatan di mana sekitar satu juta warga sipil mencari perlindungan dari pemboman selama berbulan-bulan.

Di kawasan lain di Timur Tengah, Menteri Energi Arab Saudi mengatakan alasan di balik keputusan kerajaan tersebut baru-baru ini untuk menghentikan rencana perluasan kapasitas minyaknya adalah karena transisi energi, dan menambahkan bahwa negara tersebut mempunyai banyak kapasitas cadangan untuk melindungi pasar minyak.

Sesama anggota OPEC, Irak, mengatakan pihaknya berkomitmen terhadap keputusan OPEC dan setelah pemotongan sukarela kedua diumumkan pada bulan Desember kemarin. Irak juga mengatakan pihaknya berkomitmen untuk memproduksi tidak lebih dari 4 juta barel per hari.

Sementara itu, di AS, produksi minyak di wilayah penghasil serpih terbesar diperkirakan akan meningkat pada bulan Maret ke level tertinggi dalam empat bulan, menurut perkiraan energi federal.

Komentar