Pemuda Siaga! Kemenpora RI Galang Kekuatan Kolaboratif Hadapi Ancaman Bencana

JAKARTA – Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) menggelar Talkshow Kepeloporan dan Kesukarelawanan dengan tema “Anak Muda Siaga Hadapi Bencana”. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan “Rembuk Warga: Bareng-Bareng Tangguh Bencana!” yang diinisiasi oleh Kemenpora. Auditorium Wisma Kemenpora menjadi saksi perbincangan yang menggugah kesadaran akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana, melibatkan puluhan peserta dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Kamis, 14 Desember 2023.

Dalam talkshow ini, empat narasumber yang kompeten di bidangnya berbagi wawasan dan pengalaman mereka. Staf Khusus Bidang Kelembagaan Potensi Pemuda Kemenpora, Venno Tetelepta, menjadi salah satu narasumber yang membuka acara dengan pemaparan mengenai inisiatif kolaboratif yang diusung oleh Kemenpora. Venno menjelaskan tentang program “Collab Rangers,” sebuah wadah kegiatan yang melibatkan Pramuka, Karang Taruna, OKP, dan komunitas lainnya di tingkat grassroot.

“Collab Rangers adalah semacam wadah kegiatan tapi memiliki bentuk-bentuk aksi yang fokus dan spesifik,” ujar Stafsus Venno. Program ini bukan hanya sekadar kegiatan, melainkan juga pelatihan tersertifikasi yang bertujuan memberdayakan pemuda sebagai agen perubahan. Kolaborasi lintas sektor dan pemangku kepentingan menjadi kunci dalam mengoptimalkan sumber daya secara berkelanjutan.

Dalam konteks Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Pelayanan Kepemudaan, Collab Rangers menjadi langkah nyata dalam penguatan kepemudaan. Program ini merupakan perpaduan unit taktis relawan Kemenpora dengan Forum Kesiapsiagaan Pemuda Mengatasi Bencana dan Keadaan Darurat.

Menurut Stafsus Venno, partisipasi pemuda memiliki peran krusial pada fase prabencana, yang lebih menekankan pada pencegahan. “Ruang peran ini masih banyak kosong, belum dapat dilakukan secara maksimal oleh Pemerintah atau swasta. Padahal sangat penting untuk mencegah korban, kerusakan, dan kerugian saat bencana,” paparnya.

Narasumber selanjutnya, Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Ahmad Fauzi Yunus, memberikan apresiasi terhadap upaya Kemenpora dalam mengumpulkan para pemuda untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya ketangguhan menghadapi bencana. Dalam pandangannya, pemuda memiliki peran strategis dalam pengurangan risiko bencana di Indonesia.

“Saya mengapresiasi apa yang dilakukan Kemenpora yang mengumpulkan para pemuda, untuk bersama-sama menumbuhkan kesadaran akan pentingnya ketangguhan menghadapi bencana. Karena pemuda memiliki peran penting dalam pengurangan risiko bencana di Indonesia,” tutur Fauzi.

Beliau menyampaikan bahwa pemuda harus terlibat aktif dalam upaya penanganan bencana, baik pada fase prabencana, saat terjadi bencana, maupun pascabencana. Apresiasi juga disampaikan terhadap gelar wicara ini karena fokus pada ketangguhan bencana, suatu isu yang sangat relevan dengan kondisi Indonesia yang rawan bencana.

Penyuluh Sosial Ahli Madya Kementerian Sosial (Kemensos) RI, Yustina Suhartiningsih, menjadi narasumber ketiga yang memberikan materi strategi dan manajemen penanganan bencana di Indonesia. Yustina menjelaskan peran Kementerian Sosial pada tiga fase bencana, yaitu prabencana, saat terjadi bencana, dan pascabencana.

Dalam materinya, Yustina menekankan bahwa pemuda memiliki peran vital pada ketiga fase tersebut, termasuk dalam perlindungan sosial korban bencana alam. Ia mengajak pemuda Indonesia untuk berperan aktif dalam memberikan kontribusi bagi negara, bangsa, dan tanah air Indonesia.

“Maka saya mengajak kepada anak-anak muda Indonesia, peran apa yang bisa kalian berikan untuk negara, bangsa, dan tanah air Indonesia,” sebut Yustina.

Narasumber terakhir, Deputy Project Director USAID KUAT Indonesia, Victor Rembeth, menyoroti bahwa permasalahan bencana adalah urusan semua orang. Bencana tidak memilih korbannya, dan semua pihak, termasuk kaum pemuda, ikut terkena imbasnya.

“Disaster is everyone’s business. Bencana adalah urusan semua orang, termasuk kaum pemuda. Dalam hal ini peran pemuda ada di mana-mana, karena pemuda juga termasuk dalam semua siklus bencana,” terang Victor.

Victor menutup acara dengan pesan kuat, “Kenalilah ancaman bencana di sekitarmu dan mulai beraksi saat ini juga.” Pesan ini menjadi tantangan bagi para pemuda untuk lebih proaktif dalam mengatasi ancaman bencana di sekitar mereka.

Acara ini merupakan langkah konkret Kemenpora dalam membangun kesadaran dan kesiapsiagaan pemuda dalam menghadapi bencana. Menyadari bahwa Indonesia merupakan negara yang rawan terjadi bencana, upaya pencegahan dan penanganan bencana perlu dilakukan secara serius. Catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2020 menunjukkan lebih dari 24 ribu bencana terjadi dalam dua dekade terakhir, dengan total korban meninggal mencapai 188.854 jiwa.

Staf Ahli Bidang Inovasi Kepemudaan dan Keolahragaan Kemenpora, Yohan, menyampaikan bahwa pengelolaan bencana yang baik dan serius sangat diperlukan untuk mengurangi risiko bencana secara menyeluruh di Indonesia. “Kemampuan resiliensi ini menjadi kunci keberhasilan tindakan yang akan diambil ketika bencana itu datang berdasarkan pengetahuan atau pengalaman,” jelas Yohan.

Dengan menggandeng Indonesia Resilience (Ires) dan BNPB, gelar wicara ini bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan dan kapasitas organisasi atau komunitas kepemudaan. Harapannya, setelah kegiatan ini, dapat dibangun forum komunikasi pemuda tanggap bencana untuk meningkatkan peran pemuda dalam melakukan tindakan preventif dalam menghadapi bencana.

“Di antaranya, pengetahuan pemuda dan organisasi atau komunitas terkait isu kebencanaan di Indonesia dapat ditingkatkan,” tegas Yohan.***

Editor: Syaiful

Komentar