Hadiri Puncak HGN 2023, Presiden Jokowi: Saya Bisa Jadi Presiden karena Guru

JAKARTA – Puncak peringatan Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2023 yang dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), pada Sabtu kemarin, 25 November 2023, dalam sambutannya, Presiden Jokowi tidak hanya memberikan apresiasi tinggi terhadap dedikasi para guru namun juga menggarisbawahi betapa peran mereka memainkan peran kunci dalam membentuk karakter dan kepribadian generasi muda bangsa.

“Yang saya tahu, dari pagi sampai malam, ibu dan bapak guru tidak pernah berhenti untuk mendedikasikan diri kepada anak-anak bangsa Indonesia. Adalah kewajiban negara untuk memberikan apresiasi dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para guru. Saya bisa jadi presiden seperti ini juga karena guru,” ujar Presiden Jokowi dengan penuh penghargaan.

Pernyataan tersebut menyoroti pengakuan Presiden akan peran krusial para guru dalam membentuk dirinya sebagai pemimpin negara. Ia mengakui bahwa tanpa bimbingan dan inspirasi dari para pendidik, perjalanan kariernya mungkin tidak akan sejauh ini.

Namun, sambutan Presiden tidak hanya sebatas pada penghargaan. Jokowi juga menyoroti tantangan pendidikan di masa kini, termasuk disrupsi teknologi dan perubahan lanskap politik dan ekonomi global. Dalam konteks ini, ia memandang para guru sebagai garda terdepan yang harus terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pendidikan.

“Para guru memiliki kewajiban untuk terus berinovasi, meningkatkan kualitas pendidikan agar mencetak sumber daya manusia (SDM) berkepribadian dan berkarakter Indonesia. SDM tersebut juga diharapkan dapat unggul dalam menghadapi tantangan masa depan yang tidak mudah,” tandasnya dengan lugas.

Pada momen yang sangat istimewa, Presiden Jokowi memberikan sorotan khusus kepada seorang Guru Penggerak yang hadir dalam acara tersebut. Guru tersebut, Kuswanto, berasal dari Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, dan telah mengabdikan dirinya selama lebih dari 30 tahun tanpa tanda jasa. Interaksi antara Presiden dan Guru Penggerak ini menjadi sorotan utama dalam acara tersebut.

Di tengah sambutannya, Presiden Jokowi dengan tiba-tiba meminta seorang Guru Penggerak untuk maju ke panggung. Dengan langkah bersemangat, seorang guru setengah berlari menghampiri Presiden. Kuswanto, begitu ia memperkenalkan dirinya, memaparkan perbedaan antara Guru Penggerak dengan guru konvensional.

“Baik, bedanya Guru Penggerak dengan guru yang bukan penggerak, maksudnya begini Pak Presiden, kalau Guru Penggerak itu kita betul-betul dilatih untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Kemudian juga pembelajaran yang berpihak kepada murid,” ungkap Pak Kus dengan diiringi tepuk tangan meriah dari hadirin.

Pak Kus, yang mengajar di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), memberikan gambaran unik tentang tantangan yang dihadapi di tempatnya mengajar, terutama terkait dengan sinyal telepon seluler yang kadang menjadi tantangan. Namun, semangatnya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada murid membuatnya menjadi Guru Penggerak yang diakui.

“Alhamdulillah saya waktu itu Guru Penggerak angkatan 7, CGP angkatan 7 lulus. Kemudian saya kalau ikut rukol (ruang kolaborasi)—karena ada tugas dengan fasilitator maupun instruktur—saya naik di atas pohon untuk mencari jaringan sehingga saya dikenal sebagai manusia pohon,” ceritanya disambut gelak tawa hadirin.

Presiden Jokowi tidak hanya terkesan dengan kisah unik Pak Kus tetapi juga merasa tergerak untuk memberikan apresiasi yang lebih. Ia menyampaikan penghargaan atas dedikasi Guru Penggerak tersebut dan bahkan memberikan hadiah sepeda sebagai bentuk penghormatan.

“Pak Kuswanto nanti kalau bawa sepedanya sulit biar dikirim dari Istana langsung ke rumah,” ucap Presiden sambil tersenyum.

Dialog antara Presiden Jokowi dan Pak Kus menciptakan momen hangat dan penuh kebersamaan di tengah acara resmi tersebut. Perhatian Presiden terhadap Guru Penggerak mencerminkan komitmen pemerintah untuk mendukung dan menghargai peran guru dalam mengatasi tantangan pendidikan di daerah-daerah terpencil.

Selepas interaksi tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan kebahagiannya karena Indonesia telah memiliki 50 ribu Guru Penggerak, dan dari jumlah tersebut, 9 ribu di antaranya telah menjadi kepala sekolah. Kepala Negara berharap jumlah tersebut akan terus meningkat ke depannya.

“Tadi disampaikan, tahun depan sudah mencapai kurang lebih 100 ribu, betul Mas Menteri? Sehingga kita memiliki para pemimpin-pemimpin sekolah yang terampil berinovasi, bertransformasi,” tutupnya dengan penuh optimisme.

Terakhir, Presiden Jokowi dengan tegas menegaskan bahwa perubahan pendidikan memerlukan inovasi, semangat, dan dedikasi dari para guru, dan interaksi hangat dengan Pak Kus menjadi ilustrasi nyata dari semangat tersebut.**

Editor: Syaiful

Komentar